Aksi Kak Opik dan Klarifikasi Ceritanya, "Penemuan 3 Granat"


Cyberindo.id - Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Raudhatul Ulum yang berlokasi di Perumahan Villa Kencana Cikarang Blok FF 14 No.5 Karangbahagia menggelar acara berbuka puasa bersama pada Jum'at, 14/3/2025.

Ustadz Endang Sopyan,S.Pd.I selaku Ketua TPQ Raudotul Ulum ini telah lama ingin melaksanakan Bukber dengan menghadirkan sahabat beliau yang berprofesi menjadi Pendongeng Anak Bahagia yakni Ahmad Taufik,S.Pd.I alias Kak Opik atau lebih dikenal Kak Topikboom yang memiliki history luar biasa seorang anak bernama Opik masuk dalam Cerita Daerah Lemah Abang Kabupaten Bekasi. Kini beliau akan bercerita lengkap setelah sempat kita wawancarai dan didalamnya ada Klarifikasi dari narasumber.

Banyak cerita dan sejarah di daerah Lemah Abang salah satunya yang sempat menggemparkan Indonesia bahkan Dunia adalah kejadian teror boom yang di pasang di rel kereta Api Kedung Gede – Lemah Abang. Saat itu Opik sang penggembala sapi dari Lemah Abang ketika itu menemukan tiga buah bom granat tersebut berlokasi di Kampung Citarik Darunnida Desa Karang Sari, Kecamatan nya saat itu masih masuk wilayah Kedung Waringin sebelum akhirnya kini masuk wilayah Kecamatan Cikarang Timur setelah adanya pemekaran wilayah, “Saya ingat betul saat itu saya di tangani dan mintai keterangan sama pak Wibisono sebagai Kapolsek Kedung Waringin sebagai saksi,” ungkap Opik sambil membuka arsip yang selalu ia simpan.

“Awalnya sapi bernama si pitak berontak melulu tapi ga jalan jalan, pas saya samperin ga tau nya si pitak ke sangkut kawat, terus saya angkat kaki si pitak ngelepasin dari jeratan itu kawat. Tapi saya masih penasaran sama kawat itu, terus saya telusurin ternyata itu kawat tersambung sama tiga bom granat,” lanjut Opik bercerita mengenang kejadian yang membawanya jadi viral saat itu.

Kisah Opik pernah muncul di kolom berita Nasional dari koran Tempo edisi 22 January 2021 dengan judul “Disimpan oleh Cowbell” yang isinya di tulis dalam bahasa inggris dan kita coba Translate ini kalimatnya :
Ahmad Taufik tidak berubah sedikit pun. Liputan berita yang luas yang dia terima tidak mempengaruhi sikapnya sedikit pun. Siswa SMP berusia 15 tahun di SMP Negeri Lemahabang Bekasi ini masih tergolong anak yang rendah hati. Namun, ia tampak benar-benar cemberut saat ditemui TEMPO pada Jumat pekan lalu.

Perlu diketahui, selama seminggu, Opik, demikian panggilan akrabnya, harus mengikuti sejumlah upacara untuk mendapatkan penghargaan dari beberapa pihak. instansi pemerintah. Penghargaan yang dianugerahkan kepadanya dari tingkat lokal hingga tingkat menteri, terdiri dari piala, beasiswa, dan uang. Teman-temannya mengatakan itu semua karena kesukaannya membantu orang lain. Dan "tur resmi"-nya belum berakhir. Dia dijadwalkan bertemu dengan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri pada 14 Januari 2001.

Sejak awal pekan lalu, kehidupan anak bungsu dari orang tua Emis dan Manah ini berubah drastis. Sekarang dia ditemani oleh seorang polisi kemanapun dia pergi. “Dua petugas berpakaian preman telah ditanam di samping Opik,” kata Inspektur II. Kiswan, detektif yang bertanggung jawab atas keamanan Ahmad. Bahkan rumah orang tuanya yang terletak di lingkungan Karangsari, Bekasi, dijaga enam polisi setiap malam.

Dan itu tidak semua. Demi keamanan, satu malam Opik harus dipindahkan tiga kali. Untuk sementara murid yang aktif di organisasi pelajar intra sekolah itu terpaksa mengambil cuti dari studinya. Tidak jelas berapa lama dia harus dijaga. "Saya khawatir ketinggalan pelajaran. Kalau bisa saya mau masuk sekolah lagi Senin (15 Januari)," ujarnya. Selain peringkat kelima di kelasnya, ia juga anggota Pramuka dan aktif mengikuti kegiatan kepramukaan di sekolahnya.

Pengalaman luar biasa Opik tidak direncanakan. Senin kemarin sekitar pukul 14.30, setelah makan siang seperti biasa dia menggembalakan ternak orang tuanya. Saat melintasi rel kereta api di kebiasaannya.
Dalam perjalanannya, tali sapi tersangkut di seutas kabel. Ketika mencoba mencari dari mana kabel itu berasal, tatapan siswa kelas sembilan itu bertemu dengan tiga benda tidak biasa yang hanya pernah dilihatnya di televisi. Setelah diurai, dia melihat bahwa kawat itu diikat ke tiga granat: dua berbentuk nanas, dan satu seperti apel. "Saya terkejut melihat granat asli. Saya hanya melihatnya di movies," katanya. Gambar ledakan kuat, seperti yang dia lihat di TV, menyerbu kepalanya. Dia panik. Tanpa berpikir panjang, dia berlari secepat yang dia bisa ke pos jaga kereta api terdekat, sekitar 400 meter jauhnya. , jatuh dua kali sebelum mencapai pos.

Terengah-engah. Opik membeberkan penemuannya itu kepada Dedi Junacdi. penjaga perlintasan kereta api di Kojengkang. Meskipun dia belum bisa memberikan detail lengkap dari cerita itu-tapi-dia pingsan. Junaedi kemudian meneruskan informasi penting itu ke Stasiun Lemahabang, yang bertindak cepat untuk menghentikan kereta yang hendak lewat di jalur itu.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak